
Selepas pelaksanaan Ujian Nasional anak-anak MTs NU 04 mengikuti wisata ke Jogjakarta. Rabu yang cerah 1 Mei 2013 pukul 06.00 seluruh peserta sudah siap dan keren-keren untuk menikmati wisata bersama dengan para ustadz ustadzahnya. Perjalanan melalui jalan berliku Sukorejo tengok pemandangan alam yang hijau, sejuk menyenangkan. Kunjungan pertama kami di Obyek Wisata Candi Borobudur.

Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang
diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi
dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1]
Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan
ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang
didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi
teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).



Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2]
Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi
dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil
terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam
kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu
(ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui
serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460
panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan
Kunjungan ke dua anak-anak MTs NU 04 Muallimin mengunungi Monumen Jogja kembali

Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.
Rana di pintu masuk museum
Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan
dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana
pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah
Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29
Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda
koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis
senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan
1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh
Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2)




Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan
upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel
Soegiarto, selaku walikotamadya Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya
Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari
peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI
Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda
awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda
Kunjungan ke tiga adalah di Monumen Dirgantara

Lokasi Museum berada di Jl. Kolonel Sugiyono
komplek Landasan Udara Adisutjipto Yogyakarta, 10 km kearah timur dari
pusat kota atau sebelah timur jembatan layang janti. Museum ini lebih
dikenal dengan nama Museum Dirgantara. Museum ini menempati area seluas
kurang lebih 5 Ha dengan luas bangunan sebesar 7.600 m2. Museum ini
merupakan museum terbesar dan paling lengkap koleksinya yang mengungkap
sejarah keberadaan TNI AU di Indonesia.
Museum ini awal mulanya berada di Markas Komando Udara V, di Jl.
Tanah Abang Bukit Jakarta dan telah diresmikan pada tanggal 4 April
1969 oleh Panglima Angkatan Udara Roesmin Noerjadin, namun menilik
Yogyakarta mempunyai peranan begitu penting terhadap perkembangan TNI AU
terlebih menjadi pusat latihan bagi para taruna Akademi Udara atau
kawah candradimuka maka Museum Pusat TNI AU ini dipindahkan ke
Yogyakarta digabung dengan Museum Ksatrian AAU (Akadewmi Angkatan
Udara). Dan pada tanggal 29 juni 1978 bertepatan dengan Peringatan Hari
Bhakti TNI AU Museum ini diresmikan oleh Marsekal Ashadi Tjahjadi
menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Dari
waktu ke waktu koleksi museum ini bertambah dan membuat ruangan museum
tidak memadai lagi untuk menyimpan koleksi koleksi tersebut maka museum
kemudian dipindahkan lagi ke Gudang bekas pabrik gula di Wonocatur yang
masih berada dalam kawasan Landasan Udara Adisutjipto. Gudang ini
dulunya pada saat zaman Jepang digunakan sebagai hangar pesawat dan
gudang senjata. Peresmian tempat yang baru ini dilakukan oleh Kepala
Staff TNI AU , Marsekal TNI Sukardi pada tanggal 29 Juli 1984.
Koleksi Museum saat ini sudah mencapai ribuan, diantaranya alutsista
(alat Utama Sistem Senjata) dengan banyak ragam, puluhan model pesawat,
radio pemancar dan radar, model pakaian dinas TNI AU, Diorama dan masih
banyak koleksi foto maupun prasasti yang lain. Memasuki halam museum
kita akan disambut oleh Pesawat tempur A4-E Skyhawk yang dipajang
didepan gedung Museum, ini merupakan koleksi terbaru dari museum ini.
Jenis pesawat ini dimiliki TNI AU sebanyak 37 unit hingga tahun 2003,
yang kemudian beberapa digantikan oleh jenis pesawat Sukhoi type Su-27SK
dan Su-30MK.
Begitu banyaknya koleksi Museum ini maka koleksi Museum ini
dikelompokkan dalam tujuh ruangan yang berbeda yakni Ruangan Utama,
Ruang Kronologi I, Ruang Kronologi II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan Ruang Minat Dirgantara.

Begitu memasuki Gedung Museum terdapat 4 patung tokoh perintis TNI AU
yakni, Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda
Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul
Halim Perdanakusuma dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi. Selanjutnya
Diruangan Kronologi I anda dapat menyaksikan foto serta informasi
mengenai pembentukan Angkatan Udara Indonesia. Diantaranya penerbangan
perdana pesawat merah putih tanggal 27 Oktober 1945, pembentukan sekolah
penerbangan yang pertama di Maguwo tanggal 7 nopember 1945 yang
dipimpin A. Adisutjipto, Operasi Seroja, pembentukan TRI Angkatan Udara
dan masih banyak koleksi lainnya. Ruangan Selanjutnya yakni Ruang
Paskhas berisi tentang beberapa Pakaian dinas yang dikenakan TNI AU,
baik pakaian tempur, Dinas harian ataupun pakaian tugas penerbangan.
Ruangan berikut dan paling mengesankan adalah ruang alutsista dimana
ditunjukkan beberapa pesawat yang pernaha digunakan TNI AU diantaranya
Pesawat Mustang P51 buatan
Amerika yang sangat tekenal, ada juga pesawat buatan inggris vampire
type DH-115 yang merupakan pesawat jet pertama yang diterbangkan oleh
Letnan Udara I Leo Wattimena pada tahun 1956. Dan yang paling penting
adalah replika pesawat Dakota C-47 yang ditembak oleh Belanda di Daerah Ngotho yang menewaskan perintis TNI Angkatan Udara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar