Kamis, 02 Mei 2013

Wisata Jogja 2013

 

Selepas pelaksanaan Ujian Nasional anak-anak MTs NU 04 mengikuti wisata ke Jogjakarta. Rabu yang cerah 1 Mei 2013 pukul 06.00 seluruh peserta sudah siap dan keren-keren untuk menikmati wisata bersama dengan para ustadz ustadzahnya.  Perjalanan melalui jalan berliku Sukorejo tengok pemandangan alam yang hijau, sejuk menyenangkan. Kunjungan pertama kami di Obyek Wisata Candi Borobudur. 

 

 

Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). 

 

 

 

 

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan

 

Kunjungan ke dua anak-anak MTs NU 04 Muallimin mengunungi Monumen Jogja kembali

 

Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.

Rana di pintu masuk museum

Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2)

 

 

 

 

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikotamadya Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda 

 

Kunjungan ke tiga adalah di Monumen Dirgantara

 

Lokasi Museum berada di Jl. Kolonel Sugiyono komplek Landasan Udara Adisutjipto Yogyakarta, 10 km kearah timur dari pusat kota atau sebelah timur jembatan layang janti. Museum ini lebih dikenal dengan nama Museum Dirgantara. Museum ini menempati area seluas kurang lebih 5 Ha dengan luas bangunan sebesar 7.600 m2. Museum ini merupakan museum terbesar dan paling lengkap koleksinya yang mengungkap sejarah keberadaan TNI AU di Indonesia.

Museum ini awal mulanya berada di Markas Komando Udara V, di Jl. Tanah Abang  Bukit Jakarta dan telah diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Roesmin Noerjadin, namun menilik Yogyakarta mempunyai peranan begitu penting terhadap perkembangan TNI AU terlebih menjadi pusat latihan bagi para taruna Akademi Udara atau kawah candradimuka maka Museum Pusat TNI AU ini dipindahkan ke Yogyakarta digabung dengan Museum Ksatrian  AAU (Akadewmi Angkatan Udara).  Dan pada tanggal 29 juni 1978 bertepatan dengan Peringatan Hari Bhakti TNI AU Museum ini diresmikan oleh Marsekal Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

 

 

 

Dari waktu ke waktu koleksi museum ini bertambah dan membuat ruangan museum tidak memadai lagi untuk menyimpan koleksi koleksi tersebut maka museum kemudian dipindahkan lagi ke Gudang bekas pabrik gula di Wonocatur yang masih berada dalam kawasan Landasan Udara Adisutjipto. Gudang ini dulunya pada saat zaman Jepang digunakan sebagai hangar pesawat dan gudang senjata. Peresmian tempat yang baru ini dilakukan oleh Kepala Staff TNI AU , Marsekal TNI Sukardi pada tanggal 29 Juli 1984.

Koleksi Museum saat ini sudah mencapai ribuan, diantaranya alutsista (alat Utama Sistem Senjata) dengan banyak ragam, puluhan model pesawat, radio pemancar dan radar, model pakaian dinas TNI AU, Diorama dan masih banyak koleksi foto maupun prasasti yang lain. Memasuki halam museum kita akan disambut oleh Pesawat tempur A4-E Skyhawk yang dipajang didepan gedung Museum, ini merupakan koleksi terbaru dari museum ini. Jenis pesawat ini dimiliki TNI AU sebanyak 37 unit hingga tahun 2003, yang kemudian beberapa digantikan oleh jenis pesawat Sukhoi type Su-27SK dan Su-30MK.

Begitu banyaknya koleksi Museum ini maka koleksi Museum ini dikelompokkan dalam tujuh ruangan yang berbeda yakni Ruangan Utama, Ruang Kronologi I, Ruang Kronologi II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan Ruang Minat Dirgantara.

Begitu memasuki Gedung Museum terdapat 4 patung tokoh perintis TNI AU yakni, Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi. Selanjutnya Diruangan Kronologi I anda dapat menyaksikan foto serta informasi mengenai pembentukan Angkatan Udara Indonesia. Diantaranya penerbangan perdana pesawat merah putih tanggal 27 Oktober 1945, pembentukan sekolah penerbangan yang pertama di Maguwo tanggal 7 nopember 1945 yang dipimpin A. Adisutjipto, Operasi Seroja, pembentukan TRI Angkatan Udara dan masih banyak koleksi lainnya.  Ruangan Selanjutnya yakni Ruang Paskhas berisi tentang beberapa Pakaian dinas yang dikenakan TNI AU, baik pakaian tempur, Dinas harian ataupun pakaian tugas penerbangan.

Ruangan berikut dan paling mengesankan adalah ruang alutsista dimana ditunjukkan beberapa pesawat yang pernaha digunakan TNI AU diantaranya Pesawat Mustang P51 buatan Amerika yang sangat tekenal, ada juga pesawat buatan inggris vampire type DH-115 yang merupakan pesawat jet pertama yang diterbangkan oleh Letnan Udara I Leo Wattimena pada tahun 1956. Dan yang paling penting adalah replika pesawat Dakota C-47 yang ditembak oleh Belanda di Daerah Ngotho yang menewaskan perintis TNI Angkatan Udara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar